Merdeka.com – PDIP akan melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dengan hasil tender Stadion Jakarta Internasional Stadium (JIS) atau biasa dikenal dengan Stadion BMW. Pasalnya terdapat selisih Rp300 miliar dalam penentuan pemenang tender stadion terbesar di Jakarta itu.
Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDIP Ima Mahdiah mengatakan, tender ini menjadi perhatian lantaran PT Wijaya Karya memenangkan tender dengan nilai lebih tinggi dibandingkan PT Adhi Karya.
“Ini jadi gaduh karena hasil akhir lelangnya memenangkan KSO WG-JAKON-PP sebesar Rp4,08 triliun lebih mahal dari KSO Adhi Karya-Hutama Karya-Nindya Karya-Indah Karya,” katanya kepada merdeka.com, Senin (9/9).
Untuk itu, dia meminta kepada PT Jakarta Propertindo (Jakpro) untuk menjelaskan menjelaskan mengenai proses tender tersebut. Bagaimana BUMD tersebut bisa memenangkan PT WIjaya Karya dengan nilai penawaran paling tinggi.
“Jakpro dan Pemprov harus menjelaskan alasan kenapa akhirnya memilih KSO yang lebih mahal. Jika perlu KPK harus turun tangan, karena ini pembangunannya menggunakan uang rakyat,” tegasnya.
Selain itu, Ima juga menyayangkan sikap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menganggap remeh mengenai tender tersebut. Dia menilai, salah satu penyebab tender ini bermasalah adalah sikap mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
“Saya lihat komentar Pak Anies Baswedan bukannya menjelaskan mengenai aspek teknis ini, malah menyerang BUMN-BUMN yang terlibat. Ini masalah kan menjadi berlarut-larut karena tidak ada ketegasan dari Pak Gubernur,” tutupnya.
Untuk diketahui peserta tender pembangunan Stadion BMW hanya diikuti 2 peserta. Peserta kerja sama operasional (KSO) pertama adalah PT Wijaya Karya Bangunan Gedung-PT Jaya Konstruksi-PT PP. Sementara KSO kedua, PT Adhi Karya-PT Hutama Karya-PT Nindya Karya-PT Indah Karya.
Menariknya, KSO Wijaya Karya menang dengan nilai penawaran lebih tinggi dibandingkan dengan KSO Adhi Karya. Dalam dokumen Pengumuman Peringkat Nomor: 006/KU5000/102/VII/2019 tertanggal 8 Agustus 2019 yang diterima merdeka.com, KSO Adhi Karya memberikan harga penawaran Rp3.782.969.000.000, atau lebih rendah Rp300 miliar dari KSO Wijaya Karya.
Dalam dokumen tersebut, KSO Wijaya Karya mendapatkan nilai teknis 66,14 persen dan nilai harga 27,78 persen. Sementara KSO Adhi Karya mendapatkan nilai teknis 60,17 persen dan nilai harga 15 persen. (mdk/fik)